Bola.com, Jakarta - Sepak bola Jepang masih menjadi yang terbaik di Asia. Liga mereka yang kerap disebut sebagai J League pun menjadi tujuan bagi banyak pemain dari Benua Kuning.
Beberapa pemain Indonesia sudah merasakan kerasnya J League. Namun, hampir semuanya bernasib sama, yakni hanya numpang lewat.
Sandy Walsh menjadi nama terbaru. Bek kanan Timnas Indonesia itu baru saja dilepasoleh Yokohama F. Marinos menuju klub Thailand, Buriram United.
Selama membela Yokohama F. Marinos, Sandy Walsh pun sangat jarang bermain. Total ia hanya bermain 12 kali dengan total 828 menit.
Sandy Walsh tidak sendirian di Buriam United. Ada pemain Timnas Indonesia yang lain, Shayne Pattynama juga bermain di klub tersebut.
Berita Video, komentar Andre Rosiade terkait penampilan Pratama Arhan di Bangkok United dan Timnas Indonesia
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kaget Cuaca
Perbedaan cuaca antara Indonesia dan Jepang memang cukup ekstrem. Di sana ada empat musim, sementara Indonesia hanya memiliki dua musim.
Perbedaan cuaca itu menjadi salah satu hambatan bagi pemain Indonesia berkembang di Jepang. Hal itu dirasakan oleh mendiang Ricky Yacobi.
“Pernah saya waktu bertanding kaki saya dicocor sampai tidak bisa bangun. Akhirnya saya absen cukup lama," ujar Ricky dalam wawancara bersama Historia beberapa tahun yang lalu sebelum meninggal dunia pada 21 November 2020.
Masalah cuaca dan cedera membuat Ricky Yacob hanya bermain enam kali bersama Matsushita di Jepang. Ia pun kembali ke Indonesia pada 1990 untuk memperkuat Arseto Solo.
Tidak Diberi Kesempatan
Cuaca dingin di Jepang memang bisa menjadi alasan bagi para pemain yang lahir dan besar di Indonesia. Namun, belakangan banyak pemain Timnas Indonesia yang memiliki garis keturunan Eropa.
Banyak dari mereka yang terbiasa dengan cuaca dingin di Belanda. Sebut saja seperti Stefano Lilipaly, Irfan Bachdim, Justin Hubner, atau Sandy Walsh.
Namun, keempatnya mendapatkan nasib yang sama. Kesempatan yang didapatkan untuk bermain di ajang resmi begitu minim.
Padahal, secara potensi para pemain itu jelas tidak kalah. Misalnya Justin Hubner yang bahkan belum lama ini mendapatkan kontrak dari klub liga level tertinggi Belanda, Fortuna Sittard.
Alat Promosi?
Tudingan kemudian muncul soal apa sebenarnya tujuan klub-klub Jepang merekrut para pemain Indonesia. Tidak sedikit yang menyebut tujuan sebenarnya mereka hanya sebatas untuk melakukan promosi dan mendapatkan lebih banyak perhatian dari netzien Indonesia.
Kasus Pratama Arhan bisa menjadi contoh nyata. Kehadiran Arhan membuat pengikut media sosial Tokyo Verdy naik drastis.
Namun, apa yang didapatkan Pratama Arhan selama bermain di Tokyo Verdy? Tidak lebih dari dua laga di ajang resmi dengan total lima menit bermain.